This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tuesday, 30 April 2013

In Geography, We Travel A Lot


1.       Papandayan mountain
April 2013
Mountain with 2665 meters elevation from sea surface. Located in Garut Regency, West Java.
Photo by : Abdullah Rizky

2.       Taman Mini Indonesia Indah
March 2013
Indonesian miniature that located in East Jakarta.
 Photo by : Rio Trimono

3.       Argopuro mountain
January 2013
3088 meters elevation from sea surface. Located in Hyang plateau, East Java.
Photo by : Arsiya Isrina Wenty Octisdah

4.       Gede Mountain
December 2013
2958 meters elevation from sea surface.  Located in Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, West Java.
Photo by: Sandi Chakradata

5.   Jam gadang
August 2012
One of Minangkabau Heritage that located in Bukittinggi, West Sumatera
Photo by : Fathiyya Ulfa

6. Slamet Mountain
July 2012
Mountain with 3428 meters elevation from sea surface. Located in Central Java.
Photo by : Ika Prahasti Nuriana

6.       Pangrango Mountain
June 2012
Mountain with 3019 meters elevation from sea surface. Located in Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, West Java.
Photo by : M Bayu Rizki Prayoga

7.       Candi Surowono
June 2011
Located in English Village, Pare, Kediri, East Java.
Photo by : Fathiyya Ulfa

8.       Puncak Lawang
March 2011
Plateau with 1210 meters elevation from sea surface. One of the best paragliding spot in southeast asia. Located in Agam, West Sumatera.
Photo by : Fathiyya Ulfa

9.       Carocok Beach
February 2010
One of the famous beach in Painan, West Sumatera.

Photo by : Jenny Hendri

10.   Ngarai Sianok
October 2009
One of the famous canyon in Inonesia. Located in bukittinggi, West Sumatera 
 Photo by : Ifnur Hikmah

11.   Terengganu State Museum
August 2009
One of the largest museum In Malaysia that show some artifacts and artworks of Malaysia.
Photo by : Ihsanul Mahardika

Tuesday, 23 April 2013

Bukittinggi, Tujuan Berliburmu di Liburan Semester Ini!

Selamat datang lagi di blog PLATO ya teman-teman. Kali ini kami akan membahas salah satu kota yang sangat terkenal dengan berbagai objek pariwisatanya. Ya, kota tersebut adalah Bukittinggi. Sebagian besar dari kalian pasti sudah pernah mengenalnya bukan? Bukittinggi merupakan salah satu kota paling bersejarah di Indonesia. Bagaimana tidak, kota ini pernah menjadi ibukota negara kita pada tahun 1948. Selain itu, salah satu tokoh proklamator kita yaitu Bung Hatta, juga berasal dari kota ini.

Kota Bukittinggi terletak pada rangkaian Bukit Barisan yang membujur sepanjang pulau Sumatera, dan dikelilingi oleh dua gunung berapi yaitu Gunung Singgalang dan Gunung Marapi. Kota ini berada pada ketinggian 909–941 meter di atas permukaan laut, dan memiliki hawa cukup sejuk dengan suhu berkisar antara 16.1–24.9 °C. Sementara itu, dari total luas wilayah kota Bukittinggi saat ini (25,24 km²), 82.8% telah diperuntukan menjadi lahan budidaya, sedangkan sisanya merupakan hutan lindung.
Kota ini memiliki topografi berbukit-bukit dan berlembah, beberapa bukit tersebut tersebar dalam wilayah perkotaan, di antaranya Bukit Ambacang, Bukit Tambun Tulang, Bukit Mandiangin, Bukit Campago, Bukit Kubangankabau, Bukit Pinang Nan Sabatang, Bukit Canggang, Bukit Paninjauan dan sebagainya. Selain itu, terdapat lembah yang dikenal dengan Ngarai Sianok dengan kedalaman yang bervariasi antara 75–110 m, yang di dasarnya mengalir sebuah sungai yang disebut dengan Batang Masang.
Oh iya, salah satu hal menarik dari Bukittinggi adalah ternyata kota ini bersaudara (sister city) dengan Seremban di Negeri Sembilan Malaysia. Rasa-rasanya belum lengkap kalau kita belum membahas objek-objek wisata apa saja yang terletak di kota Bukittinggi ini. Nah, kira-kira apa saja ya? silakan simak tulisan kami kali ini :)


1. Jam Gadang 

Jam Gadang adalah landmark kota Bukittinggi dan provinsi Sumatra Barat di Indonesia. Simbol khas Sumatera Barat ini pun memiliki cerita dan keunikan karena usianya yang sudah puluhan tahun. Jam Gadang dibangun pada tahun 1926 oleh arsitek Yazin dan Sutan Gigi Ameh. Peletakan batu pertama jam ini dilakukan putra pertama Rook Maker yang saat itu masih berumur 6 tahun. Jam ini merupakan hadiah dari Ratu Belanda kepada Controleur (Sekretaris Kota).

2. Janjang Ampek Puluah

Jenjang ini dibangun pada tahun 1908 yang pada awalnya merupakan sebagai penghubung antara Pasar Atas dengan Pasar Bawah. Sebagai salah satu objek wisata di Kota Bukittinggi, jenjang ini telah memberikan inspirasi kepada pencipta lagu Minang Syahrul Tarun Yusuf dengan judul lagu "Andam Oi".

3. Lubang Jepang

Lubang ini sebenarnya lebih tepat disebut terowongan (bunker) Jepang. Dibangun tahun 1942 untuk kepentingan pertahanan tentara Jepang dalam PD II dan perang Asia Timur Raya (Dai Tora Senso) atas perintah pemerintah militer Angkatan Darat Jepang (Tentara Kedua Puluh Lima) untuk Sumatera berkedudukan di Bukittinggi dengan Komandan Tentara Pertahanan Sumatera Jend. Watanabe. Terakhir komandemen militer se Sumatera dipimpin oleh Seiko Seikikan Kakka yaitu Jend. Kabayashi, Walikota terakhir Sito Ichori. Bukittinggi dengan nama Shi Yaku Sho meliputi Kurai Limo Jorong dan juga mencakup Ngarai Sianok, Gaduik, Kapau, Ampang Gadang, Batutaba dan Bukit Batabuah. Lubang Jepang memiliki panjang sekitar 1400 m dan lebar ± 2 m. Kita dapat masuk ke Lubang Jepang ini dan dengan menelusurinya kita akan merasakan sensasi yang sangat unik. Didalamnya terdapat ruang makan, ruang minum, ruang penyiksaan, dapur dan ruang persenjataan. Pintu masuk Lubang Jepang ini terdapat dibeberapa tempat seperti  di tepi Ngarai Sianok, Taman Panorama, dan disamping Istana Bung Hatta atau Tri Arga.

4. Ngarai Sianok

Ngarai Sianok atau Lembah Pendiang merupakan suatu lembah yang indah, hijau dan subur. Didasarnya mengalir sebuah anak sungai yang berliku-liku menelusuri celah-celah tebing dengan latar belakang Gunung Merapi dan Gunung Singgalang. Keindahan alam Ngarai Sianok mempesona, sering dijadikan bahan imajinasi para pelukis dan diabadikan oleh para wisatawan untuk diambil foto-fotonya. Ngarai Sianok terletak di pusat Kota Bukittinggi dengan panjang ± 15 km, kedalaman ± 100 m dan lebar sekitar 200 m. Pada zaman penjajahan Belanda Ngarai Sianok dikenal sebagai Kerbau Sanget karena didasar ngarai terdapat banyak kerbau liar.

5. Benteng Fort De Kock

Benteng ini didirikan oleh Kapten Bouer pada tahun 1825 pada masa Baron Hendrik Markus De Kock sewaktu menjadi komandan Der Troepen dan Wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda, karena itulah benteng ini terkenal dengan nama Benteng Fort De Kock. Benteng yang terletak di atas Bukit Jirek ini digunakan oleh Tentara Belanda sebagai kubu pertahanan dari gempuran rakyat Minangkabau terutama sejak meletusnya perang Paderi pada tahun 1821-1837. Disekitar benteng masih terdapat meriam-meriam kuno periode abad ke 19. Dari lokasi wisata ini kita dapat menikmati Kota Bukittinggi dan daerah sekitarnya.

6. Istana Bung Hatta

Terkenal dengan sebutan Gedung Negara Tri Arga, terletak di pusat Kota Bukittinggi tepatnya di depan taman Jam Gadang. Pada zaman penjajahan Jepang gedung ini dijadikan tempat kediaman Panglima Pertahanan Jepang (Seiko Seikikan Kakka) dan pada zaman revolusi fisik tahun 1946 menjadi Istana Wakil Presiden RI Pertama Drs. Mohammad Hatta. Sekarang gedung ini digunakan sebagai tempat seminar, lokakarya dan pertemuan tingkat nasional dan regional yang representatif serta sebagai rumah tamu negara bila berkunjung ke Bukittinggi. Arsitektur bangunan ini berciri kolonial, dengan kamar-kamar yang luas berjumlah 8 buah tetapi sekarang ditambah 12 buah.

7. Janjang Saribu

Jenjang 1000 merupakan objek wisata yang masih alami, berliku-liku menelusuri celah-celah tebing. Jenjang 1000 ini digunakan oleh masyarakat setempat untuk mengambil air minum ke lembah Ngarai Sianok, disamping untuk berolah raga jalan kaki dengan latar belakang gunung Merapi dan Singgalang yang angun dan mempesona. Pada tempat wisata ini tersedia tempat peristirahatan (kopel) WC, kolam pancing, lokasi camping serta lapangan parkir yang luas. Disamping itu kita menyaksikan perilaku binatang liar seperti kera yang berkeliaran sambil bermain dan melompat dari dahan ke dahan dan burung-burung berkicau bernyanyi menghibur para pengunjung.

8. Jembatan Limpapeh

Sebagai penghubung antara Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan dengan Benteng Fort De Kock maka terdapat sebuah Jembatan yang bernama Jembatan Limpapeh yang dibangun dengan konstruksi beton dengan arsitektur atap yang berbentuk gonjong khas rumah adat MinangKabau. Jembatan ini berdiri di atas Jalan A. Yani dan dari sini kita dapat menyaksikan keindahan alam Bukittinggi dan keramaian Jalan A. Yani.

Nah teman-teman, bagaimana? sangat menarik bukan? Tentunya masih banyak lagi objek wisata yang dapat kalian kunjungi di Bukittinggi. Oh iya, untuk kalian yang ingin berkunjung ke Bukittinggi, kalian bisa menggunakan pesawat terbang tujuan Bandara Internasional Minangkabau (BIM) dengan kode penerbangan PDG di Pariaman, lalu melanjutkan perjalanan menggunakan taksi ataupun travel. Bisa juga menggunakan bus antarkota antarprovinsi (dari Jakarta atau Bandung), biasanya langsung sampai kota Bukittinggi loh. Selamat liburan :) -af

_________________________________________________________________________________
sumber referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bukittinggi
http://www.bukittinggiwisata.com/v17/

Thursday, 18 April 2013

What Are You Going to Do With a Degree in Geography? (Lulusan Geografi Mau Jadi Apa sih?)

While a common question of those who are studying geography is, "What are you going to do with a degree in geography?," there are actually many options and potential careers for geography majors. Geography is a major that teaches students a wide-range of useful skills for the marketplace. Employers value the wide-ranging computer, research, and analytical skills that geography students bring to work as employees. When job-hunting, it's important to stress these skills you've gained during college.
While there aren't many job titles that are "geographer," there are many types of positions that fit well with a degree in geography. Think about some of the options below as you begin your job search.
Be sure to intern in any area of interests to get your foot in the door and gain valuable on-the-job experience. Your resume will be much more impressive if you have real world experience in the areas you're applying for.

Urban Planner/Community Development

Geography is a natural tie-in with urban or city planning. City planners work on zoning, land use, and new developments, from a gas station renovation to the development of whole new sections of urban area. You'll work with individual property owners, developers, and other officials. If you're interested in this area, be sure to take urban geography and urban planning classes. An internship with a city planning agency is essential experience for this type of work.

Cartographer

For those with cartography course backgrounds may enjoy work as a cartographer. The news media, book publishers, atlas publishers, government agencies and others are looking for cartographers to help produce maps. This would likely require relocation.

GIS Specialist

City governments, county agencies, and other government agencies and private groups are often in need of experienced GIS professionals. Coursework and internships in GIS are especially important. Computer programming or engineering skills are very helpful in this arena - the more about computers and languages you know, the better off you are.

Climatologist

Agencies like the National Weather Service, news media, the Weather Channel, and other government entities occasionally need climatologist. Admittedly, these jobs usually go to those with meteorology degrees, a geographer with experience and vast coursework in meteorology and climatology would definitely be an asset.


Transportation management

Like urban and city planning, there are opportunities in local government but regional transit authorities or shipping, logistics, and transportation companies look kindly to someone with transportation geography in their background and good computer and analytical skills.



Environmental Management

A plethora of environmental assessment, cleanup, and management companies exist throughout the world today. A geographer brings excellent skills for project management and the development of reports like environmental impact reports. It's often a wide-open field with tremendous growth opportunities.



Writer/Researcher

Undoubtedly during your college years you've spent time developing your writing skills and certainly as a geography major you know how to research! How about a career as a writer - you could be a science writer or a travel writer for a magazine or newspaper.


Teaching/Faculty

Becoming a high school or university geography instructor requires additional education beyond your undergraduate degree but it would certainly be rewarding to instill your love of geography with future geographers. Becoming a geography professor will allow you to research the world of geography and add to the body of knowledge developed by geographers.






Emergency Management

Emergency management is an under-explored field for geographers. Geography majors make great emergency managers. They understand the interactions between humans and the environment, know about hazards and earth processes, and can understand maps. Add in a bit of political acumen and leadership skills and you have a great emergency manager. Get started in this field by taking hazard courses in geography, geology, and sociology and intern with a local emergency management agency or the Red Cross.

Demographer

For the population geographer who loves demographic data, what can be more rewarding than becoming a demographer and working for state or federal agencies to help develop population estimates and present data? The U.S. Census Bureau is one of the few entities that actually has a position titled "Geographer." Interning in a local planning agency will help in this area.

Foreign Service

Every country on Earth has a diplomatic corps of individuals who represent their home country abroad. Geographers are excellent candidates for this type of career. In the United States, one begins the process of becoming a Foreign Service Officer by taking the Foreign Service Officer Test. The work can be difficult but rewarding and you may spend years, if not your entire career, away from home.

Marketing

Along a similar vein of demography, marketing is a good career for those interested in taking demographic information and getting the word out to those who match the demographics you're searching for. This is one of the more glamorous arenas a geographer can get involved in.

Librarian/Information Scientist

Your research skills as a geographer apply particularly well to work as a librarian. If you want to help people navigate the world of information, this is a potential career for you.

National Park Service Ranger

Are you a physical geographer who needs to be outside and couldn't even consider working in an office? Perhaps a career in the National Park Service is right up your alley?

Real Estate Appraisal

Real estate appraisers develop an opinion of value for a specific piece of property. The work involves research into appropriate market areas, the assemblage of pertinent data, and the use of various analytical techniques to provide an opinion that reflects all pertinent market evidence. This multidisciplinary field incorporates aspects from geography, economics, finance, environmental planning, and law. A solid foundation in geography is essential to a real estate appraiser’s success and typical appraisal tools include aerial photos, topographic maps, GIS, and GPS.

and many more :)

-af

_________________________________________________________________________________
sumber:
http://geography.about.com/od/careersingeography/a/jobsgeography.htm

Tuesday, 9 April 2013

Teknologi Modifikasi Cuaca


            Teknologi modifikasi cuaca (TMC) adalah upaya meningkatkan dan mempercepat jatuhnya hujan, yakni dengan cara melakukan penyemaian awan (cloud seeding) menggunakan bahan-bahan yang bersifat higroskopik (menyerap air), sehingga proses pertumbuhan butir-butir hujan dalam awan akan meningkat dan selanjutnya akan mempercepat terjadinya hujan.

            Prinsip awal teknik ini ditemukan Vincent Schaefer pada tahun 1946 yang terinspirasi dari Irving Langmuir, yang lalu disempurnakan oleh Bernard Vonnegut. Sementara di Indonesia TMC pertama kali dikaji dan diuji pada tahun 1977 atas gagasan Presiden Soeharto (Presiden RI saat itu) yang difasilitasi oleh Prof.Dr.Ing. BJ dibawah asistensi Prof.Devakul dari Royal Rainmaking Thailand.

            Umumnya teknik ini digunakan untuk mendatangkan hujan di daerah yang tengah dilanda kekeringan. Namun TMC juga dapat dilakukan untuk mencegah banjir di wilayah dengan curah hujan tinggi. Hal inilah yang menjadi tujuan penggunaan TMC untuk Jakarta. Garam disebar di Selat Sunda, di Serang, Pandeglang, atau di Laut Jawa, sehingga awan yang ada langsung dipaksa menjadi hujan di wilayah tersebut. Hal ini membuat hujan tidak terjadi di Jakarta, dan banjir pun bisa dihindari.

            TMC pertama dilaksanakan pada 26 Januari – 25 Maret 2013. Hujan diturunkan lebih dahulu di Pandeglang, dan Jakarta terhindar dari hujan deras. Garam yang digunakan adalah Perak Iodida, dibawa sebanyak 3000 karung seberat 4 ton oleh pesawat Hercules C-130 TNI-AU dan CASA 212-200. Untuk sekali operasi biaya yang dihabiskan adalah sekitar 13 milyar rupiah. Selain menggunakan pesawat, modifikasi cuaca juga dapat dilakukan dengan menggunakan flare (roket) yang menembakkan garam ke awan.
            Namun penggunaan TMC ini bukan tanpa resiko. Daerah di sekitar Jakarta, yang tidak banjir walaupun hujan lebat, akan ikut serta mengalami penurunan curah hujan. Selain itu, daerah yang menjadi tujuan diturunkan hujan mengalami peningkatan curah hujan dan berisiko terjadi banjir, seperti wilayah Serang, Banten. Jika diturunkan di tengah laut, terdapat potensi rob. Selain itu ada yang berpendapat TMC dapat mengganggu keseimbangan ekologi. Bagaimanapun, bila terdapat pengorbanan yang dibutuhkan, selama tidak terlalu ekstrem, tetap dibutuhkan karena dilakukan demi melindungi Ibu Kota Negara dari bencana. Jika Jakarta lumpuh, maka dampaknya akan terasa hingga penjuru negeri.

            TMC memang terbukti sukses mencegah hujan deras di Jakarta, dan dampak negatif yang mungkin ada baru sebatas asumsi, namun alangkah baiknya bila dana melakukan TMC ini, yang mencapai 13 milyar sekali operasi ini digunakan untuk pembangunan waduk atau kanal. Bagaimanapun juga, TMC ini hanyalah langkah jangka pendek yang harus dilakukan terus menerus. Mungkin saat ini kita merasa biaya 13 milyar termasuk murah bila dibandingkan pembuatan waduk yang mencapai triliunan rupiah. Namun sampai kapan? Akan tiba masanya ketika biaya yang digunakan untuk TMC melewati biaya untuk pembangunan waduk. TMC memang berguna, namun sebaiknya dilaksanakan hanya ketika potensi hujan terlalu besar sehingga waduk  yang telah dibuat tetap tidak akan mampu menampungnya - ST

------------------------------
[1] "Ini Syarat Agar Modifikasi Hujan Berhasil" http://www.tempo.co/read/news/2013/01/27/083457154/Ini-Syarat-agar-Modifikasi-Hujan-Jakarta-Berhasil
[2] "Berhasil, Rekayasa Kurangu Curah Hujan di Jakarta" http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/386366-berhasil--rekayasa-kurangi-curah-hujan-di-jakarta
[3] "Atasi Banjir Jakarta, BNPB dan BPPT Gelar Modifikasi Cuaca" http://bnpb.go.id/news/read/1228/bnpb-dan-bppt-gelar-operasi-teknologi-modifikasi-cuaca-untuk-atasi-banjir-jakarta
[4] "Antisipasi Banjir dan TMC" http://bebasbanjir2025.wordpress.com/teknologi-pengendalian-banjir/teknologi-modifikasi-cuaca/
[5] Kajian Kelompok Studi Geografi UI : Teknologi Modifikasi Cuaca di Jakarta; pada Senin, 3 April 2013

Sunday, 7 April 2013

#kuliah: Struktur Kota



            Kota menurut BPS merupakan suatu wilayah administratif setingkat desa/kelurahan yang memenuhi persyaratan tertentu dalam hal kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan sejumlah fasilitas perkotaan, seperti jalan raya, sarana pendidikan formal, sarana kesehatan umum, dan sebagainya.[[1]] Menurut UU No 22/1999 tentang Otonomi Daerah, kawasan perkotaan adalah kawasan yang memiliki kegiatan utama non pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. [[2]] Adapun menurut Bintarto (1984), dari segi geografis kota diartikan sebagai sistem jaringan kehidupan yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata ekonomi yang heterogen dan bercorak materialistis.[[3]]  

Di tahun 2012, jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di perkotaan telah mencapai 54 persen. Jika saat ini penduduk Indonesia sudah lebih dari 240 juta, berarti paling sedikit ada 129, 6 juta orang yang menyesaki kota.[[4]] Angka ini mencitrakan kota sebagai wilayah yang selalu padat penduduknya. Menurut Sensus Penduduk 2010, Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi yang paling padat penduduknya, yaitu sebesar 14.440 orang per km².[[5]] Kepadatan ini mengarah pada tingginya kegiatan ekonomi kota akibat besarnya permintaan dan keanekaragaman topografi penduduk. Konsekuensinya adalah penggunaan lahan kota yang didominasi untuk pembangunan permukiman, gedung-gedung perkantoran, pasar, jalan, dan fasilitas lainnya. Dari sini akan terbentuk pola spasial tertentu dan kerangka kota yang disebut struktur kota. 

Ada beberapa teori yang melandasi struktur ruang kota, yang paling dikenal adalah Teori Konsentris (Burgess, 1925), Teori Sektoral (Hoyt, 1939), dan Teori Pusat Berganda (Harris dan Ullman, 1945). Ketiga teori ini mengkaji bahwa kota memiliki pusat kota yang disebut Central Business District (CBD).[[6]]
Dalam teori konsentris, daerah pusat kegiatan merupakan pusat kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan politik dalam sesuatu kota sehingga pada zona ini terdapat bangunan utama untuk kegiatan sosial ekonomi budaya dan politik. Rute-rute transportasi dari segala penjuru memusat ke zona ini sehingga zona ini merupakan zona dengan derajat aksesibilitas tinggi (The Area of Dominance). [6]
Menurut teori sektoral, kunci  terhadap  peletakan  sektor  ini  terlihat  pada  lokasi  High  Quality Area.  Kecenderungan  penduduk  untuk  bertempat  tinggal  adalah  daerah-daerah  yang dianggap  nyaman  dalam  arti  yang  luas. Nyaman  dapat  diartikan  dengan  kemudahan-kemudahan  terhadap  fasilitas,  kondisi  lingkungan  baik  alami maupun  non  alami  yang bersih  dari  polusi  baik  fisikal maupun  non  fisikal,  prestise  yang  tinggi  karena  dekat dengan tempat tinggal orang-orang terpandang dan sebagainya. [6]

Teori inti berganda (pusat kegiatan banyak) menggambarkan bahwa kota-kota besar akan mempunyai struktur yang terbentuk atas  sel-sel, dimana penggunaan  lahan yang berbeda-beda akan berkembang disekitar  titik-titik pertumbuhan atau Nuclei didalam daerah perkotaan. [6]
 
Teori lainnya yang mendasari struktur ruang kota adalah Teori Ketinggian Bangunan(Bergel, 1955), Teori Konsektoral (Griffin dan Ford, 1980), Teori Historis (Alonso, 1964), dan Teori Poros (Babcock, 1960). Teori ketinggian menyebutkan bahwa bangunan semakin tinggi aksesibilitas suatu ruang maka ruang tersebut akan ditempati oleh fungsi yang paling kuat ekonominya. Adapun teori konsentoral menyebutkan bahwa di daerah-daerah pinggiran masih banyak tempat yang digunakan untuk kegiatan ekonomi, antara lain pasar lokal, daerah-daerah pertokoan untuk golongan ekonomi lemah dan sebagian lain dipergunakan untuk tempat tinggal sementara para imigran. Kota-kota dengan struktur konsektoral dapat ditemui di Amerika Latin. Sedang menurut teori historis, CBD merupakan pusat segala fasilitas kota dan merupakan daerah dengan daya tarik tersendiri dan aksesibilitas yang tinggi. Teori poros menitikberatkan pada peranan transportasi dalam mempengaruhi struktur keruangan kota, sepanjang poros transportasi akan mengalami perkembangan lebih besar dibanding zona di antaranya.[[7]]

Struktur kota di Indonesia sebagian besar merupakan kota yang memiliki banyak pusat kegiatan ekonomi. Hal ini sesuai dengan teori inti berganda dimana pusat kota yang letaknya relatif di tengah-tengah sel-sel lainnya dan berfungsi sebagai salah satu “growing points”. Zona ini menampung sebagian besar kegiatan kota, berupa pusat fasilitas transportasi dan di dalamnya terdapat distrik spesialisasi pelayanan, seperti “retailing” distrik khusus perbankan, teater dan lain-lain.[6] Namun, ada perbedaan dengan dua teori yang disebutkan di atas, yaitu bahwa pada Teori Pusat Berganda terdapat banyak CBD dan letaknya tidak persis di tengah kota dan tidak selalu berbentuk bundar. Fenomena ini dapat dilihat di Kota Jakarta dimana distrik pusat kegiatan tersebar merata. -rt



[2] UU No. 22/1999 tentang Pemerintah Daerah http://ditjenpp.kemenkumham.go.id 17 Maret 2013 21:13 WIB
[3] Bintarto, R. 1984. Interaksi Desa – Kota dan Permasalahannya. Jakarta. Ghalia Indonesia.
[4] “Penduduk kota” http://nasional.kompas.com diakses pada 17 Maret 2013 20:46 WIB
[5] Hasil Sensus Penduduk 2010. BPS. http://www.bps.go.id/65tahun/SP2010_agregat_data_perProvinsi.pdf Diakses pada 17 Maret 2013 21:16 WIB
[6] Yunus, Hadi. 2002. Struktur Tata Ruang Kota. Penerbit Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
[7] Anjani, Eny dan Haryanto, Tri. 2009. Geografi. Pusat Perbukuan Depdiknas

Wednesday, 3 April 2013

#kuliah: DIFUSI SPASIAL



Di dalam disiplin ilmu geografi, pendekatan analisis keruangan merupakan pendekatan khas geografi dengan mengkaji variasi fenomena alam dipermukaan bumi. Ada beberapa teori dalam pendekatan keruangan ini, diantaranya adalah teori difusi, yaitu mencoba menelaah perjalaran atau pemekaran fenomena dalam ruang dan dimensi waktu tertentu. Difusi artinya pemencaran, penyebaran, dan penjalaran seperti: penyebaran berita melalui mulut ke mulut; penyebaran penyakit dari daerah satu ke daerah lain; penyebaran kebudayaan dari satu suku ke suku lain. Teori difusi ini diperkenalkan oleh seorang geograf Swedia Torsten Hagerstrand. 

Tipe difusi antara lain:
1.    Difusi ekspansi (expansion diffusion) yaitu suatu proses dimana informasi, material dan sebagainya menjalar melalui suatu populasi dari suatu daerah ke daerah yang lain. Dalam proses ekspansi ini informasi atau material yang di-difusi-kan tetap ada dan kadang-kadang menjadi lebih intensif di tempat asalnya. Hal ini berarti bahwa terjadi penambahan jumlah anggota baru pada populasi antra periode dua waktu (waktu w1 dan w2) dan penambahan anggota baru tersebut mengubah pola keruangan populasi secara keseluruhan. Ini berarti bahwa daerah asal mengalami perluasan oleh karena terdapat tambahan anggota baru dalam populasi.

Contoh dari difusi ekspansi misalnya penggunaan gadget Black Berry awalnya hanya di kota besar, kemudian penggunaannya meluas ke daerah-daerah sekitarnya. Contoh lainnya adalah seorang atau beberapa orang menanam tanaman kakao dalam suatu desa, kemudian akibat dari keberhasilannya diikuti penduduk lain yang masih satu desa.
Tipe difusi ekspansi diantaranya:
a.     Difusi Menjalar (contagious diffusion). Tipe difusi ini merupakan proses penjalarannya terjadi melalui kontak langsung antara manusia (manusia – manusia) dan daerah (daerah – daerah).
b.    Difusi Kaskade (cascade diffusion). Difusi tipe ini merupakan proses penjalaran fenomena, informasi dan material melalui beberapa tingkatan atau hirarkhi. Difusi ini terdiri dari:
-      Difusi pembaharuan (diffusion of innovations); dimulai dari kota besar ke pelosok, atau dari tingkat atas ke tingkat bawah
-      Difusi hirarki (hierarchic diffusion); dimulai dari tingkat bawah ke atas


2.    Difusi penampungan (relocation diffusion) merupakan proses yang sama dengan penyebaran keruangan dimana informasi atau material yang didifusikan meninggalkan daerah yang lama dan berpindah atau ditampung di daerah yang baru. Ini berrati bahwa anggota dari populasi pada waktu w1 berpindah letaknya dari waktu w1 hingga w2. Perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dengan meninggalkan tempat yang lama dan ditampung oleh tempat yang baru karena bencana gunung berapi dapat digolongkan ke dalam difusi penampungan. Contoh lainnya adalah perpindahan pusat pemerintahan Malaysia dari Kuala Lumpur ke Putrajaya pada tahun 1999, yang diikuti dengan perpindahan fungsi bangunan dan lokasi serta berpindahnya SDM penyelenggara negara. -rt


Ilustrasi jenis-jenis difusi spasial (Sumber: http://www.spatial.maine.edu)



Referensi:

Bintarto, R dan Hadisumarno, Surastopo. 1979. Metode Analisa Geografi. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES): Jakarta